April 30, 2025
syahzinan-02

Tokoh BP3KR Jakarta asal KK Anambas, Syahzinan, SE.

Jakarta, 29 Maret 2025

Satu lagi, tokoh pejuang Badan Pekerja Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau (BP3KR) di Jakarta asal Kabupaten Kepulauan Anambas, menegaskan setiap orang yang mengingat perjuangan masyarakat membentuk provinsi Kepri, pasti mengingat kenangan yang tercipta di Hotel Purajaya. Kasus pencopotan dan perubuhan gedung dan fasilitas Hotel merupakan harga diri bangsa Melayu.

”Tentang kontroversi dan polemik Hotel Purajaya di Batam yang hiruk-pikuk dan hinggar-bingar sampai di jagat raya, perlu dijelaskan kepada semua kalangan bahwa hotel tersebut banyak menyimpan sejarah dan kenangan masa lalu pendirian Provinsi Kepulauan Riau. Dengan segala persoalan saat ini, yang merupakan bagian dari proses sejarah dan legacy yang tidak terpisahkan antara Melayu dan Hotel Purajaya,” kata Tokoh Pejuang BP3KR Jakarta asal KK Anambas, Syahzinan, SE, kepada wartawan, 29/3/2025.

Penghancuran Hotel Purajaya, katanya, tidak dapat tidak intergral dalam perjalanan perjuangan proses pembentukan Propinsi Kepri. ”Yang kebanyakan orang-orang lupa dan sengaja melupakan begitu saja keberadaan Hotel Purajaya yang punya historis dan kenangan dalam pergolakan sejarah terbentuknya Propinsi Kepri. Hotel Purajaya adalah saksi bisu sebagai peninggalan nilai sejarah (Melayu di Kepri) masa lalu,” ucap Syahzinan.

Kamar Deluxe Hotel Purajaya, tempat menginap para pejuang BP3KR saat memperjuangkan pembentukan Provinsi Kepulauan Riau.

”Saya ingat betul di era awal 2000-an, yakni 25 tahun yang lalu. Para tokoh-tokoh pejuang pembentukan Provinsi Kepri datang ke Batam. Begitu juga dari BP3KR Jakarta, Bandung dan Yogyakarta. Semuanya pernah menginap di Hotel Purajaya setelah mengikuti rapat dan menyusun rencana strategi dan aksi. Yang pernah menginap di Hotel Purajaya untuk membahas awal dari strategi, melobi, dan berbagai tantangan dan hambatan dalam perjuangan Pembentukan Propinsi Kepri. Dilakukan di Hotel Purajaya,” kenang putra KK Anambas itu.

”Masih segar dalam ingatan saya. Kebetulan kami dari Jakarta yang datang waktu itu adalah Muhammad Buang (almarhum), Elza Zen (almarhum), idris Zaini (almarhum), Nazar Mahmud dan saya sendiri, Syahzinan. Masih banyak tokoh lain serta beberapa tokoh dari Bandung, Yogyakarta, yang bersama sama menginap di Hotel Purajaya. Hotel yang memberi inspirasi perjuangan, dan merupakan hotel nostalgia dan kenangan pejuang Melayu di Kepri di masa lalu, yang tak pernah dilupakan begitu saja,” papar Syahzinan.

Sebagai bagian dari perjuangan dan peninggalan masa lalu, kata Syahzinan, mengingat sejarah itu merupakan kewajiban yang tidak dapat dipisahkan dari perjuangan. ”(Sejarah) itu tidak berbohong. Yang Berbohong Itu adalah para pelaku dan saksi sejarah,” katanya.

Diakui, selain Hotel Purajaya, ada juga Hotel Melia Panorama di Batam. Ada rumah David Berlian (almarhum). Di kediaman Almarhum Zulkarnain Kadir di Baloi, Batam, pemilik dan pengelola Hotel Purajaya, juga menyisakan kenangan yang tidak dapat dilupakan. ”Rumah Almarhum Zulkarnain Kadir, pemilik Hotel Purajaya juga menyisakan sejarah perjuangan. Terutama dari tokoh BP3KR Jakarta,” pungkas Syahzinan.

Jangan Berbohong Pada Sejarah

Megat Rury Afriansyah menunggu keikhlasan Tok Oom jika benar-benar menyadari kesalahannya dan terdorong untuk meminta maaf.

Di bagian akhir, Syahzinan menegaskan agar generai muda putra Melayu di Kepulauan Riau agar jangan berbohong pada perjalanan sebuah perjuangan. ”Yang berbohong adalah orang yang suka melupakan sejarah, sehingga akan muncul sikap yang tidak memihak pada perjuangan bangsa Melayu. Perjuangan dalam mengembalikan harga diri pemilik dan pengelola Hotal Purajaya merupakan perjuangan semua elemen Melayu,” tutur Syahzinan.

Di tempat terpisah, Ketua Saudagar Rumpun Melayu (SRM) Megat Rury Afriansyah, meminta Basyaruddin Idris alias Tok Oom segera menemui pengurus SRM di Batam, pengurus SRM di tingkat Provinsi Kepri di Tanjungpinang, seperti Datok Zulkamarullah atau Datok Joi, Datok Rida K Liamsi, Datok Maskur Tilawahyu dan juga dirinya sebagai Ketua SRM Batam, sebagai Ketua DPP Gegana. ”Tok Oom kita minta melakukannya sebagai bentuk keseriusannya dalam meminta maaf terhadap pernyataan-pernyataan bohong serta ujaran yang mengandung kebencian dan perpecahan di kalangan Melayu Kepri,” jelas Rury Afriansyah.

”Semua itu semestinya dilakukan untuk memastikan permintaan maafnya tersebut benar-benar berasal dari hati, dan menghapus dampak buruk dari ujaran kebencian serta berita hoak yang telah disebarkannya melalui media siber serta media sosial. Saya minta Tok Oom, jika benar-benar menyadari kesalahannya, bertemu di kediaman kami, pada hari baik, dan tempat yang baik,” pungkas Rury Afriansyah.

Redaksi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *