Batam, 19 Desember 2020.
Ketua Paguyuban Ponorogo, Rina Safitri, SH, MH, menyatakan prihatin terhadap peristiwa kekerasan yang menimpa warga Rempang, Kota Batam. Sebagai pemilik dan pemangku kepentingan di wilayah Pulau Rempang dan Pulau Galang, eksistensi warga Melayu setempat harus dihormati, bukan malah dianiaya.
”Sangat disayangkan kekerasan terulang kembali di Pulau Rempang dan Pulau Galang, Kota Batam, dan ada beberapa anggota masyarakat, saudara kita Melayu yang mempertahankan haknya di Rempang menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh oknum yang arogan dari PT MEG (PT Makmur Elok Graha). Peristiwa seperti itu seharusnya tidak boleh terjadi,” kata Rina Safitri, kepada wartawan di Batam, Kamis, 19/12/2024.
Pengeroyokan tanpa peduli dengan warga, yang sesungguhnya merupakan pemilik pulau, menurut Rina Safitri merupakan pelecehan terhadap masyarakat adat di Rempang. Perundungan seperti yang terjadi pada Rabu, 18/12/2024, adalah tindakan biadab yang dilakukan dengan sengaja dan berulang-ulang oleh pelaku merupakan Tindakan biadab. Tindakan kepada pemilik cluster adat istiadat sebagai pewaris tata kelakuan yang terintegrasi dengan kehidupan masyarakat dan berakar kuat di masyarakat Melayu, menurutnya, harus dijunjung tinggi.
”Adat istiadat merupakan bagian dari kekayaan budaya suatu bangsa atau wilayah, dan keberadaan warga Melayu di Rempang adalah kekayaan bangsa yang harus dirawat, bukan malah direndahkan oleh kepentingan ekonomi sempit. Sangat memilukan jika warga tempatan sengaja disakiti dan dilukai. Mendengar peristiwa arogansi dari perusahaan yang akan mengeksploitasi sumber daya alam di sana malah merugikan atau merendahkan orang lain,” tutur Rina Safitri.
Cukupnlah sudah, kata Rina Safitri, perundungan yang dilakukan secara verbal, fisik, atau sosial, baik oleh perorangan maupun oleh kelompok yang hendak mengembangkan usahanya di Rempang. ”Pemerintah melalui aparat keamanan harus menjamin peristiwa keji seperti itu tidak terulang kembali. Kemajuan ekonomi bukan untuk pelaku industry saja, tetapi tujuannya adalah untuk masyarakat pemangku adat di setiap jengkal bagian dari republik ini,” ucap Rina Safitri dengan haru.
”Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Kami atas nama lintas paguyuban Pawargo Kota Batam, mengecam adanya kekerasan yang terulang kembali pada tanggal 18 Desember 2024. Seharusnya pengembangan Rempang Eco City yang menjadi target pengembangan ekonomi Batam menjadi Kota Baru, tidak sampai mengorbankan masyarakat asli yang telah turun temurun ada di sana (Rempang),” katanya.
Rina Safitri berharap semoga di waktu mendatang peristiwa arogansi seperti yang ditunjukkan oleh oknum dari PT MEG tidak terjadi lagi. ”Kita jenuh dan amat bersedih mendengar saudara-saudari kita menghadapi perlakuan biadab. Pemerintah harus menjamin tindakan kekerasan tidak akan terjadi lagi. Kalau tidak, untuk apa pembangunan? Siapa tujuan pembangunan, apakah hanya kalangan elit? Bukan, tetapi warga masyarakat adat itulah tujuan pembangunan.”
Warga penduduk di 16 titik kampung adalah tujuan pembangunan di Rempang, bukan hanya pemilik modal. Semua pihak harus saling berkontribusi demi kemajuan, katanya, bukan saling meniadakan. Semuanya, kata Rina Safitri lagi, harus mengacu pada sila kelima Pancasila, yakni ”Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Kesaksian Warga
Asmah, Warga Sungai Buluh
Asmah menjelaskan: ”Yang tragedi tadi malam yang terjadi yang luka, yang korban seingat saya 8 Informasi awal yang kita terima, awalnya itu ada beberapa orang-orang PT MEG itu datang, mereka ingin merusak sepanduk tolak derokasi kita.”
Jadi, katanya, mereka dijumpai oleh warga, terus dikejar sama warga, mereka lari ke dalam hutan.Dan dengar cerita dia itu ada tiga, tapi satu kita dapat tangkap, terus dibawalah sama masyarakat ke posko kita di Sembulang Hulu, sampai menunggu orang Kapolsek datang.
Setelah orangnya dibawa ke Kapolsek, kata Asmah, tak berapa lama mereka orang PT Mek ini datang dengan anggota yang begitu banyak, ada pakai lori, pakai mobil, dan pakai motor. Alasan kita mengamankan satu orang dari MEG.”
”Karena itu tadi kita dapat menangkap dia, dia lari ke dalam semak jadi warga ngejar.Jadi kita dapat menangkap, karena selama ini kita memang sepandu-sepandu, kita kan sering dirusak-rusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab, kita tidak tahu siapa ya kan. Berarti itu tertugasnya po, yang berusaha itu. itulah mungkin dulu alasannya kita, mungkin dialah terduganya, karena dia yang lari kan, dia lari ke dalam hutan,” katanya.
Kalau malam-malam ke dalam hutan ngapain pak kalau nggak ada kerjaan ya kan, tak ada niat yang tertentu ya kan Jadi itu aja, terus habis dia nyerang kita ke Posko Semulang Hulu, terus ke Posko Angsor, terus ke Sungai Buluh lagi. ”Sungai Buluh ada warga kita yang tidak tahu sama sekali, anak sekolah juga dikroyok lah anak itu, dipukul tanpa sebab.Mereka sementara tidak tahu sama sekali apa pemasalahannya,” jelas Asmah.
Di informasi terakhir yang luka kepala patah tangan itu di rumah sakit mana dan keadaannya? ”Itu ada sebagian si Pak Zakaria itu di Garhamen kalau tidak salah saya. Sampai jumpa di video selanjutnya. Itu saya belum dapat informasi yang jelas. Namun kita minta PTM keluar itu gara-gara pasca terjadi malam tadi itu ya,” jelasnya.
Pokoknya kita memang keinginannya itu sudah dari dulu pengen orang PTM itu keluar dari wilayah kita karena kita memang selama PT.Mek ada di sini, mereka terus mengganggu-mengganggu ke tenteraman kita di sini.Jadi kita merasa tidak nyaman.
Tadi klarifikasi PT MEG, katanya mereka di sini patroli. Itu kalau itu yang dikatakan orang PT Mek itu tetap petroli itu bohong.Itu mereka bukan ada niat untuk petroli, mereka memang sengaja ingin membuat masyarakat di sini resah. ”Sama mereka gak bawa barang Kalau mereka tidak bawa senjata, kenapa ada warga kami yang kena tembak panah, ada yang luka-luka dan sebagainya.Itu kita nggak tahu dari mana kalau bukan ada bawa senjata tajam. Kita nggak tahu juga kan karena mereka ramai,” kata Asmah.
Miswadi Warga Sembulang Hulu.
Semalam, sepanduk kecil kita tolak relokasi yang kecil, yang ukuran kurang lebih sekitar 30 cm x 40 cm itu dirusak diorang kurang lebih, kami hitung semalam 14 biji. Ketemu warga, langsung dikejar warga, dia masuk ke sana langsung dikomunikasi dengan warga seluruh, dikepung hutan itu, kami kepung hutan itu keliling pokoknya, dari Pasir Panjang, dari Sungai Buluh, Sembulang Ulu, Sembulang Pasir Merah, kita kepung.
Kita ramai-ramai. Memang hampir mungkin hampir mau satu jaman lah mungkin ketangkap dia enggak itu dia sembunyi di Gumangat air langsung dibawa ke sini sebok sini dilapor lah ke Kapolsek Kapolsek datang. Apa nego disini saya pun tak tahu karena saya disitu kan orang ini negolah rame-rame.Habis itu tak lama datanglah satu orang tak tahulah tentang apa-apa. Isil ada kata mengaku dari aparat dengan alasan bebaskan aja. Masyarakat tak mau.
Karena mungkin udah terlalu sakit hati. Karena sepanduk kami banyak di Sungai Buloh udah dua kali. Diancur dengan. Dan sepanduk masyarakat Rempanggalang bersatu.Pertama pasang langsung koyak. Habis itu dipasang lagi sepanduk Jendera Sudirman dengan Prabowo pun pasangan kedua lagi.Kami gitu gak di Sembulang sana.
Sembulang sana tuh yang pesemirah sana tuh. Sudah berapa kali dipasang pun sering rusak. Sampai di restoran sana kemarin. Pernah gak subuh disobe.
Situasi Posko Tim Solidaritas Tolek Relokasi Sembulang Hulu sampai pecah-pecah gitu bang. Kalau saya tuh hati-hati pos semalam, datang dia orang kemarin, semalam pertama pakai mobil, Kemudian langsung dia angkat, dia orang paksa, yang merusak sepanduk itu langsung dibawa dia orang, Tak lama datang pakai mobil, pakai motor, dengan satu lori truk pokoknya lori.
Gak tau kami langsung didorong dengan arogan. Langsung nyerang dengan senjata ya jelas kawan kami kan kena panah disini ada yang luka di kepala dipukul kami masing-masing nyelamatkan diri lah ada yang kesana Itu backup satu motor kalau motor ternyata cuman berapa biji mungkin yang standar tegak kawan yang kita tahan disini.
Kawan yang kita tahan udah dia bawa diorang. Udah dibawa langsung datang pasukan yang nyerang setelah dibawa baru mereka nyerang telah dibawa baru mereka berapa orang warga yang jadi korban Kalau warga yang jadi korban, kalau di sini, yang luka-luka di sini ada dua orang.
PT. MEG kan ada satu orang kawannya itu disekap. Itu benar, Kami nggak nyegap kok. Dikat lagi katanya Katanya diikat juga katanya. Diikat bener itu bang kalau diikat, saya tak tahu pula istilahnya. Karena memang saya tidak nengok di sini Kalau nggak disekap, nggak orang. Dia balik di sini, ngapain Kalau disekap, itu kan disimpan suatu tempat.
”Saya nggak tahu, karena memang terus terang saja saya tidak melihat, karena waktu penangkapan itu kan kami pisah.Kami kepung, hutan itu saya di belakang sana sekali,” kata Miswadi.
Redaksi