Rudi Gagal Penuhi Kebutuhan Air Minum Warga

* PT ABHI Lebih Mementingkan Keuntungan Dari Pada Warga

Batam, 31 Oktober 2024.

Krisis aliran air minum (baca air bersih) terus berkepanjangan di sejumlah tempat di Kota Batam. Wali Kota Batam ex officio Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Muhammad Rudi, tak mampu penuhi janji untuk mengalirkan kebutuhan air minum warga ke seluruh warga di Pulau Batam.

Sudah lebih sebulan, air minum di Perumahan Central Park Residence Tanjunguncang misalnya, berhenti total. Aliran air minum itu terhenti setelah aliran air minum di Putra Jaya Tanjunguncang lancer, di mana sebelumnya mati. Muhammad Rudi hanya mengalihkan aliran air. Tadinya aliran air minum terhenti ke Putra Jaya, kini dialihkan menjadi terhenti ke Perumahan Central Park Residence Tanjunguncang.

”Janji Wali Kota Batam Ex fficio Kepala BP Batam untuk menuntaskan masalah air bersih, aga mengalir ke semua konsumen di Pulau Batam, ternyata hanya tinggal janji. Krisis air bersih ini tetap terjadi hampir di semua pemukiman yang ada di RW 23,” kata Ketua RT Central Park Residence Tanjunguncang, Surya Dharma Sitompul, kepada media ini, Kamis, 31/10/2024.

Surya Sitompul, Ketua RT Perumahan Central Park Residence, Tanjunguncang, Pulau Batam.

Derita krisis air minum di Central Park mulai terjadi setelah pihak ABHI (PT Air Batam Hilir) menyelesaikan persoalan krisis air di Perumahan Putera Jaya Tanjunguncang awal September lalu. ”Beberapa bulan yang lalu air mengalir ke perumahan kami, tetapi di Putra Jaya macet. Setelah mengalir di sana (Putra Jaya), baru kemudian terhenti ke kami di Central Park,” kata Surya Sitompul.

Air bersih lancar ke Putera Jaya, kata Surya, yang jadi korban adalah warga di Central Park. ”Di sini (Central Park) ngadat. Dalam sebulan terakhir semakin parah. Air mati total, sudah syukur ada aliran air sebentar saja di satu malam setiap pekan. Bahkan tiga pekan terakhir ini air mati total, dan kami hanya mengandalkan membeli air,” ucap Ketua RT Central Park itu.

Warga Tanjunguncang terpaksa antrian air minum di malam hari untuk menutupi kebutuhan air minum (bersih).

Warga di wilayah Rukun Warga (RW) 23 di Tanjunguncang, kata Surya, hanya diberi air yang dibawa oleh mobil tangki air. Jatah air sangat sedikit, karena dalam satu keluarga (Kepala Keluarga/KK) hanya dapat satu drum per hari. ”Warga sangat menderita, karena untuk mandi saja, jika satu KK terdapat empat orang, air satu drum itu sudah habis. Lalu, kebutuhan memasak, dan mencuci pakaian bagaimana,” ujar Surya.

Kondisi itu sangat memprihatinkan, karena di tengah mengejar keuntungan perusahaan yang kini dikendalikan BP Batam, kebutuhan pokok berupa air minum tidak terpenuhi. Perusahaan baru yang menggantikan PT Adhya Tirta Batam (ATB) itu, menurut warga, lebih mementingkan mengejar keuntungan dari pada memenuhi kebutuhan masyarakat.

Catatan redaksi, dalam setahun BP Batam mendapatkan keuntungan Rp400 miliar lebih dari pengelolaan air minum di Pulau Batam. Dari pendapatan itu, Wali Kota ex officio Kepala BP Batam dan Wakil Kepala BP Batam mendapat honor tambahan sebesar Rp15 juta per bulan. Komisaris dan Direksi perusahaan pengelola dipastikan menerima gaji berada di atas honor yang diterima Kepala BP Batam.

”Kami ini dibuat seperti objek uji coba di tengah rendahnya kinerja dan kualitas perusahaan yang mengelola air bersih. Sangat menyedihkan, karena pemenuhan terhadap air bersih lebih parah daripada pemenuhan terhadap kebutuhan LPG 3 kg. Lebih mudah bagi kami mendapatkan LPG 3 kg daripada mendapatkan kebutuhan air bersih,” pungkas Surya Sitompul.

Pihak ABH sendiri saat dikonfirmasi mengakui adanya kesulitan suplai air ke lingkungan RW 23 Tanjunguncang tak dapat diatasi. Humas ABH Ginda Alamsyah, menjelaskan pemukiman di kelurahan Tanjunguncang merupakan wilayah krisis area untuk suplai air di Batam selama ini. Termasuk dengan lingkungan RW 23. Jika terjadi gangguan keseimbangan air tentu area kritis ini akan langsung berdampak. Butuh waktu untuk kembali melancarkan aliran air.

”Iya seperti diketahui itu (RW 23 Tanjunguncang) merupakan area kritis. Terjadi gangguan keseimbangan supai air belum lama ini sehingga langsung berdampak mereka. Ini sudah kita atasi namun butuh waktu. Kenapa butuh waktu karena permintaan lebih tinggi dari suplai. Ini tetap akan diatasi dan sementara kita suplai pakai mobil tanki,” jelas Ginda.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ABH, kata Ginda, kini tengah kebut dengan proses peningkatan produksi air untuk mengatasi semua persoalan air di Kota Batam. Instalasi jaringan pipa baru dan peningkatan produksi air melalui instalasi pengolahan air (IPA) di Dam Tembesi yang sedang berjalan, sebelumnya ditargetkan rampung di Desember nanti. Namun karena peningkatan pelanggan yang cukup pesat akhir-akhir ini, ABH menarget semua pengerjaan ini dirampungkan secepatnya.

Redaksi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *