Oleh: Lisa Larastuti
Flu Singapura atau Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) merupakan penyakit serius yang menyerang anak-anak dengan peningkatan kasus sebanyak 6500 kasus hingga pekan ke-13 tahun 2024 ini Menurut data Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes). Di Kota Batam pada akhir tahun 2023 terjadi lonjakan kasus flu Singapura yang signifikan yaitu tercatat 192 kasus yang dinyatakan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam Didi Kusmarjadi.
Flu Singapura dapat disebabkan oleh Coxsackievirus. Penularan penyakit flu Singapura atau HFMD terutama terjadi melalui jalur fecal-oral, serta lalat dan kecoa sering menjadi pembawa virus tersebut. HFMD biasanya menyerang anak-anak berusia 2 minggu hingga 5 tahun karena sistem kekebalan tubuh mereka masih dalam tahap perkembangan. Terdapat beberapa ciri-ciri terjangkit flu Singapura yang harus diperhatikan oleh orang tua antara lain yaitu demam, batuk, sakit tenggorokan, sariawan serta nyeri pada nagian lidah, gusi, dan bagian dalam pipi, hilang nafsu makan, ruam merah pada tubuh, terkadang disertai lepuhan di telapak tangan, telapak kaki dan bokong.
Menurut penelitian pada bidang epidemiologi diketahui bahwa flu Singapura akan terjadi peningkatan kasus saat musim peralihan serta faktor alam seperti curah hujan yang tinggi menciptakan lingkungan yang mendukung untuk penyebaran virus. Kecepatan angin juga mempengaruhi penyebaran virus dengan membawa partikel virus lebih jauh.

Selain itu, faktor ekonomi sosial juga turut berperan. Kepadatan penduduk di perkotaan cenderung mempercepat penyebaran, meskipun fasilitas kesehatan yang lebih baik di perkotaan membantu penanganan yang lebih efektif. Di perdesaan, fasilitas kesehatan yang kurang memadai dan tingkat kemiskinan yang tinggi meningkatkan risiko dan keparahan penyakit. Sanitasi yang kurang baik di perdesaan juga berkontribusi pada peningkatan kasus HFMD. Pentingnya pemberian ASI pada anak untuk meningkatkan kekebalan tubuh tidak dapat diabaikan.
Tempat penitipan anak juga bisa menjadi sumber penyebaran penyakit karena sanitasi yang kurang baik. Kurangnya penanganan yang tepat dapat mengakibatkan komplikasi serius seperti meningitis, ensefalitis, dan edema pulmonum, bahkan kematian. Dengan memperhatikan semua faktor ini, penting untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan penyakit HFMD secara menyeluruh.
Hambatan dalam mengendalikan penyebaran virus HFMD adalah karena belum ditemukannya vaksin atau antivirus yang efektif untuk melawannya. Selain itu, adanya infeksi tanpa gejala selama masa inkubasi juga membuat sulit dalam upaya pengendalian dan pencegahan penyakit ini. Selain itu, tingkat kewaspadaan oleh Masyarakat yang masih menganggap remeh penyakit tersebut. Oleh karena itu, langkah pencegahan yang dapat dilakukan meliputi menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun, menjaga sanitasi baik di dalam maupun di luar rumah, serta mencuci mainan yang mungkin terkontaminasi dengan air liur. Pada bayi, pemberian ASI juga penting untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Tempat penitipan anak juga bisa menjadi sumber penyebaran penyakit karena sanitasi yang kurang baik. Kurangnya penanganan yang tepat dapat mengakibatkan komplikasi serius seperti meningitis, ensefalitis, dan edema pulmonum, bahkan kematian. Dengan memperhatikan semua faktor ini, penting untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan penyakit HFMD secara menyeluruh.
Lisa Larastuti.
Untuk pengobatan, beberapa langkah dapat diambil tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Jika sudah mencapai tingkat parah, terapi antivirus seperti imunoglobulin dapat diberikan bersamaan dengan dukungan terhadap sistem pernapasan dan peredaran darah. Namun, jika penyakitnya tidak parah, penyembuhan dapat dicapai dengan sendirinya dengan cara memperbanyak minum air putih dan mengonsumsi makanan yang bergizi. Melalui pemahaman tentang cara penularan dan pencegahan, serta upaya pengobatan yang tepat, diharapkan dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh penyakit HFMD
(Lisa Larastuti adalah Mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana)