Batam, 20 Januari 2024
Kunjungan Calon Presiden nomor urut 01 Anies Baswedan ke Pulau Batam, pada Jumat, 19/1/2024 meninggalkan kisah menarik, yakni tanda buruk buat Ketua DPW Partai NasDem, Muhammad Rudi. Dalam sebuah video yang viral di sejumlah sosial media, ribuan pendukung Capres 01 yang memadati salah satu gedung di kawasan Mega Techno City (MTC) Batubesar, Nongsa, Batam, berungut keras sambil memberi tanda jempol terbalik pertanda buruk saat Anies menyebut nama Rudi.
”Iya, kemarin sore, saat Pak Anies Baswedan menyapa tokoh-tokoh, antara lain Muhammad Rudi sebagai Ketua DPW Partai NasDem sekaligus Wali Kota Batam, sontak hampir seluruh pendukung menyoraki dengan teriak merungut sambil memberi tanda jempol terbalik sebagai tanda tidak baik atau tidak suka,” kata Alpani, warga Batam Center, salah satu pendukung Anies Baswedan, kepada Nusa Viral, Sabtu, 20/1/2024.
Respon para pendukung Anies itu, menurut Alpani, sebagai pertanda buruk bagi Muhammad Rudi akibat berbagai kebijakan dan tindakan yang dinilai warga tidak sesuai harapan mereka. ”Itu (teriak dan memberi emoji tidak suka dengan jempol terbalik) spontan. Semuanya (warga masyarakat) menyadari banyaknya masalah akibat kebijakan Wali Kota Batam, baik di Batam soal janji-jani, dan terutama bagi masyarakat yang datang dari Pulau Rempang,” ucap Alpani.
Salah seorang warga Pulau Rempang yang hadir dalam pertemuan itu, mengakui turut memberi tanda jempol ke bawah tanda tidak suka. ”Kami jauh-jauh ke Batam ingin bertemu dengan Pak Anies, dengan harapan tidak akan terjadi lagi tindakan semena-mena seperti yang kami alami di Rempang,” kata Azim, salah satu pendukung Anies Baswedan yang datang bersama rombongan dari Kampung Sembulang, Kecamatan Galang, Kota Batam.
Menurut kamus emoji, tanda jempol ke bawah adalah tanda yang digunakan sebagai pengganti untuk mengatakan tidak suka, atau pertanda buruk terhadap orang yang dibicarakan. Kumparan, salah satu majalah digital, menyebut tanda itu kebalikan dengan emoji jempol yang mengarah ke atas. Emoji itu memiliki posisi yang terbalik dengan ibu jari ke bawah. Tidak seperti emoji jempol yang positif, emoji jempol terbalik memiliki arti tidak suka atau tidak setuju mengenai suatu hal. Emoji terbalik juga dapat digunakan untuk mengartikan sesuatu yang sebenarnya tidak baik.
Iya, kemarin sore, saat Pak Anies Baswedan menyapa tokoh-tokoh, antara lain Muhammad Rudi sebagai Ketua DPW Partai NasDem sekaligus Wali Kota Batam, sontak hampir seluruh pendukung menyoraki dengan teriak merungut sambil memberi tanda jempol terbalik sebagai tanda tidak baik atau tidak suka.
Alpani, Pendukung Anies Baswedan.
Tenda emoji itu disertai dengan sorakan berungut panjang, dilakukan sambil melambaikan tangan tanda penolakan. Kemudian ribuan warga menyebut nama Amsakar. Nama Amsakar Ahmad adalah nama Wakil Wali Kota Batam, yang selama ini telah dipreteli hak-hak protokolnya oleh Pemerintah Kota Batam. Teriakan Amsakar menggema, sebagai bentuk dukungan warga pendukung Anies yang hadir di gedung pertemuan itu.
Di sisi lain, Anies Baswedan, menyoroti permasalahan air bersih di Kota Batam, yang saat ini berada pada kondisi terburuk. Mulai dari aliran air yang sering terhenti berhari-hari, keruh seperti air comberan, hingga berulat. Dalam orasinya, Anies membacakan poster-poster yang dibawa pendukungnya dan menyentuh isu air bersih.
Anies mengungkapkan kondisi seperti itu sama dengan kondisi di Pulau Seribu, yakni pulau-pulau kecil yang masuk ke wilayah administrasi DKI Jakarta. Ketika dia menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Kepulauan Seribu mengalami kesulitan mendapatkan pasokan air bersih yang memadai. Namun, dengan adanya pembangunan instalasi penyulingan air, situasi tersebut berhasil diatasi. Berbeda dengan Batam, yang sebelumnya telah menikmati air bersih dengan kualitas terbaik di bawah pengelolaan PT Adhya Tirta Batam (ATB), kemudian dicabut dan diberi kepada perusahaan baru di bawah PT Moya Indonesia.
”Di sana (Kepulauan Seribu), ketika saya mulai bertugas (sebagai gubernur DKI Jakarta), air bersihnya bermasalah, sulit dapat air bersih di Kepulauan Seribu. Sekarang, alhamdulillah, kami bangunkan tempat penyulingan air, sehingga disana bukan hanya dapat air bersih, mereka dapat air minum untuk warga-warganya,” kata Anies.
Anies menegaskan bahwa biaya membangun instalasi air bersih dan air minum relatif sama. Oleh karena itu, ia berkomitmen untuk mengimplementasikan program serupa di Kota Batam, sebagaimana yang telah berhasil di Kepulauan Seribu.
”Karena sekarang membangun instalasi air bersih dengan air minum, harganya hampir sama. Bedanya apa? Air bersih itu tidak berbau, tidak berwarna; kalau air minum bisa langsung diminum air kerannya. Insyaallah nanti kami kembalikan program air bersih di sini (Batam),” ucap Anies. (*)